Kapan lagi kalau bukan Sabtu, 2 November 2013. Pagi-pagi bangun dan AMT (Achievement Motivation Training) yaudah berangkat aja dengan harapan nggak bikin capek, lungkrah, lesu karena malamnya harus siaga satu di Ngarsopura.
Sebelum
berangkat ada sms masuk, cuma nomor, ternyata mas Bintang. Intinya, kasih
masukan buat teknik baca puisiku. Sangat diterima. Terima kasih.
Pas di kelas
AMT, sama trainer-nya, mbak Heni (Sasindo 2011) diumumin kalau nanti malam
bakalan baca puisi di Ngarsopura :3 Intinya, AMT nggak bikin capek. Pas AMT
dapat semangat dari
Ika Sukarna (Aku orang pertama yang nanti teriak dan kasih applause buatmu, Mak), sms mbak Nanik (Ima, ntar sore aku bawain maem. Kamu harus se ma ngat. Ini mimpimu udah di depan mata. Kamu harus se ma ngat), dan isi AMT yang tentang semangat seseorang melintasi lapangan dengan mata tertutup, menggendong kawan 73 kg, berjalan merangkak dengan lutut tak boleh menyentuh tanah. Kalimat sang pelatih yang memantik(ku) kurang lebih, “Kamu bisa kami percaya untuk tim kami, bukan? Ya, kamu pasti kami percaya”. Aku lebih merasa pelatih itu tengah bicara padaku.
Ika Sukarna (Aku orang pertama yang nanti teriak dan kasih applause buatmu, Mak), sms mbak Nanik (Ima, ntar sore aku bawain maem. Kamu harus se ma ngat. Ini mimpimu udah di depan mata. Kamu harus se ma ngat), dan isi AMT yang tentang semangat seseorang melintasi lapangan dengan mata tertutup, menggendong kawan 73 kg, berjalan merangkak dengan lutut tak boleh menyentuh tanah. Kalimat sang pelatih yang memantik(ku) kurang lebih, “Kamu bisa kami percaya untuk tim kami, bukan? Ya, kamu pasti kami percaya”. Aku lebih merasa pelatih itu tengah bicara padaku.
Selesai 15.20.
Cuss kost.
Di kost milih
kostum dibantu mbak Arik dan ending-nya,
“Kamu harus dandan!”
Pasrah. Selepas
mandi langsung disikat sama mbak Arik. Baiklah, saya dandan—pakai "topeng" lagi.
17.30 berangkat
dari kampus bareng-bareng sama mas Puput (yang sampai sekarang kalau ketemu nggak pernah
nyapa nama, tapi “Ini Surga?” :3), Kempi, Gita, Nana, Ananda, mbak Nida,
Adisty, Nining, Salamah siapa lagi lupa :D. Sampai Ngarsopura langsung diarahin
buat berdoa bareng dipimpin mas Fueb, duduk melingkar dan pegangan tangan as usual, untuk menghilangkan beban
diakhiri dengan tarik napas dalam lalu hentakkan (paling seneng bagian ini).
Sempat berbicara
beberapa patah kata dengan Arif sebelum mencari-cari mas Bintang dan berhenti waktu
Arif meragu, “Kok do tenang to
rupa-rupane.” (Mukanya teman-teman kok bisa pada tenang).
Memang cukup
kelihatan gugup wajahnya, tegang, memucat, seperti sakit, aku sendiri tidak
paham, hanya bisa membalas, “Rif, aku
isoh tenang. Tapi, gampang ketularan gugup nek nonton wong gugup. Jadi,
tenanglah. Gugup ki wajar. Katane Anggun X-Factor justru gugup ki tandane kita
akan memberikan yang terbaik. Jadi, tenanglah.” (Rif, aku bisa tenang.
Tapi, mudah sekali menjadi gugup kalau melihat orang yang gugup. Jadi,
tenanglah. Gugup itu wajar. Kata Anggun X-Factor justru dengan gugup itu
artinya kita akan memberikan yang terbaik. Jadi, tenanglah)
Segera mencari
puisi yang masih dibawa mas Bintang untuk sesi perkusi, got it, ternyata “Derai-Derai Cemara” Chairil Anwar. Disimak membaca
sebentar sama Arif. Klip on siap, daaan
Aku atur napas
pelan-pelan, Tuhan, ini mimpi saya. Sejak
di kelas IPA atau di depan cermin saya sering membayangkan berdiri di sebuah
panggung atau pelataran yang tidak begitu sempit tidak juga terlalu lebar. Tuhan,
ini semua bermula sejak saya benci sekali dengan puisi karena guru saya, sejak
saya semakin benci namun seolah memaksa untuk semakin mencintai, sejak mas
Bagus bilang saya buruk dalam puisi sampai dia mengangguk bahwa saya telah
berusaha dan telah lebih baik. Tuhan, malam ini, saya serahkan semuanya, usaha
dan doa, juga mimpi itu sendiri. Saya kembalikan. Biar saya larut dalam puisi
itu sendiri. Ini mimpi saya. Dan saya sudah bangun dari tidur. Tuhan, terima
kasih.
“Aku Penjaga Malam” bersama anak-anak 2013 dan mas Mono |
“Tanahairanumia” (Mas Mono, Firman, mas Septian, Berlin, Kartika, Arif, Ima)
LEPAAAASSSSS
Saya bayangkan muka "guru-guru". Ada dendam, belas kasihan, tapi juga terima kasih.
Intinya, perjalanan masih panjang.
Momentum :
Saya bayangkan muka "guru-guru". Ada dendam, belas kasihan, tapi juga terima kasih.
Intinya, perjalanan masih panjang.
Momentum :
Teatrikal 2012 |
Teatrikal Tari 2011 |
Biola (Y)
TEATRIKAL TARI >>
|
wee enek jenengku i haha jadi gak enak :$
BalasHapushahaa... thank you, Mister :D
BalasHapus