Sabtu, 09 November 2013

Sajak dan Segala Alayumgambrengnya

SAJAK. Tidak sedang bermaksud berpuisi. Sajak di sini merupakan akronim, Studi Alternatif dan Ajang Kreativitas, mirip osjur sastra Indonesia meskipun sebenernya bukan ospek jurusan. Biklah, bagian tercucok buat memulai adalah briefing pertama. Let's begin.

Kamis, 22 Agustus osmaru terakhir sekaligus briefing pertama buat sajak. Kakak tingkat dengan berbagai macam rupa dan aroma menunggui kami di ruang 307. Hawanya jadi tiba-tiba cukup killer setelah selama tiga hari terkantuk-kantuk di ruangan. Galakers, atau tatib, yang mukanya sangar (atau bisa jadi dibikin kelihatan sangar) :D
mengumumkan nama-nama kelompok dan tugas-tugas buat dikumpulin pas briefing 2.
Daaaaan, "how lucky I am" tersesat di sebuah grup yang akhirnya disepakati dengan nama "Sang Penari" (berdasarkan novel Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari, dan film Sang Penari yang dibintangi Prisa Nasution). Ah baiklah, grup yang sedari awal sudah "krik" bukan "klik". Diketuai Nana, beranggotakan Ima, Ami, Kempi, Sagita, Salamah, dan 3 idiots Maulana, Arif, juga Agil, dengan kakak pembimbing mbak Jarwati yang paling bawel tapi ngangenin, mbak Yuanita yang imut tapi suka kuwalahan ngurusin Sang Penari, mbak Intan yang lebih banyak diem tapi doyan nyemangatin, dan mbak Desni yang kelihatannya udah pasrah sedari awal. Ada satu anggota gaib sebenarnya, nggak tahu kakak tingkat dapat nama itu dari mana, "Mahardika" yang ternyata di kelas A dan B nggak ada. Kami selama sepekan masih dan terus mencari nama itu.

Tugas yang perlu diselesaikan adalah yeal-yeal, cocard, identitas kelompok, dan biografi sastrawan. Deal biografi sastrawan kami memakai Andrea Hirata. Deal, cocard warna merah berbentuk sampur (kalau Nana nyebutnya berbentuk siluet penari, tapi aku nggak setuju). Deal, identitas kelompok pakai sampur. Dan lucunya emang di sini, di yeal-yeal. Sumpih tobaat pengen hilang ingatan masalah yeal-yeal.

Kamis, 29 Agustus lirik yang bikin apes itu dinadain pakai lagunya Shaggy Dog - Di Sayidan. Absurd dan lemes. 3 idiots males nyanyi. Oke, malemnya di emperan ISI Sang Penari latihan buat yeal-yeal. Dan ending-nya malah ngoceh ngalor-ngidul, muter-muter cari nada yang tepat pakek kencrungnya Agil. Deal, setelah sempet ngubah nada pakai lagunya Cherrybelle, akhirnya kami sepakat menggunakan nada Ayo Praon.

Malem-malem di emperan ISI garap yeal-yeal



2nd briefing Jumat, 30 Agustus di Lembah Teknik
Haphap... Maju yeal-yeal paling terakhir (kelompok lain pada males nunjuk kayaknya). 3 idiots nggak keluar suaranya, dayang-dayang pada lupa lirik (termasuk aku yang buat liriknya) yaudah. Jumat itu OH NO sekali terlebih kelompok kami terkena hukum karena 3 idiots nggak pakai sampur buat identitas kelompok. Baiklah, tapi Jumat itu satu hal yang bikin kami sama-sama senyum karena undian buat puncak Sajak, Sang Penari dapat muspus (Musikalisasi Puisi)--sesuai impian (Agil).

3rd briefing Jumat, 6 September di Taman depan Kopma
Tugas harus kumpul. Biografi sastrawan kita pakai Widji Tukul (Kalau kata Kempi Widji Duren :3). Tugas hukuman kelompok karena nggak lengkap identitasnya udah dikumpulin hari Sabtu, 31 Agustus (karena miskom aku laju dari Klaten demi selembar kertas pengertian sastra, demi 3 idiots-ku yang bisa-bisanya nggak bawa sampur). Jumat itu lumayan meski maju yeal-yeal terakhir lagi, tapi lagunya udah diganti jadi Jablay dan ditambahin dikit Marilah Kemari. Dan tetep aja Sang Penari maju paling akhir.

Jika kau memang mencintai sastra
Langsung saja ke sastra Indonesia
Sasindo punya orang-orang keren
Yang membuat sasindo jadi beken

Lalalalalala kami grup Sang Penari
Lalalalalala Sasindo yuk kemari

Agil Nana Ima Ami Kempi
Sagita Salamah Maulana Arif
Kami beraksi di panggung Sajak ini
Mari bergabung bersama kami
---
Marilah kemari hei hei hei hei Sasindo
Marilah kemari hei hei hei hei Sasindo
Kami Sang Penari mari menari
Bersama kami  Sang Penari

Setidaknya 3rd briefing bikin kami cukup oke karena tamu undangan (kakak tingkat) berhasil kita ajak joget pas lagi yeal-yeal. Waktu itu ada mas Jambrong, mbak Karina, dan mbak Diba. Hadiah kalung permen (masih awet sampai sekarang di kamar, hahhaa). Kesimpulannya, meskipun pas latihan sempet dimarahin mbak Jar karena kami lebih sibuk mikirin muspus puncak acara yang masih tiga pekan lagi daripada gubah yeal-yeal yang terlanjur "memalukan", tapi tetep aja 3rd briefing lumayan.

Kalungku :3


4th briefing Jumat, 13 September Ruang 307
Biografi Sastrawan Ajib Rosidi kelar. Burung bangau warna merah sembilan ekor dari origami kelar. Tugas individu block note kelar. Puisi kelompok kelar. Puisi individu kelar.

Bosan 

Sesak meriang penuhi jiwa
Ada tegar terpuruk tanpa suara
Ada dendang memelan tanpa gitar
Tersisa tawa tersangkut di tenggorokan
Apakah puisi masih menggantung di matamu
Atau telah luruh ke dalam bait tak berrima itu
Puisi, berdamailah padaku
Bukankah kita pernah berdua di antara daun gugur itu
Apa yang bisa kutulis jika
Hanya ada endapan bahasa
Diam lalu terjemahkan
Tinta-tinta yang berserakan di kepala
Seolah dilempar keremangan
Tumbuh tanya pada seribu kunang
Resah lelah tak berarah
Masih juga tertelantarkan
Aku ingin merdeka
Merdeka dari apa saja
Setelah menyeduh tanya mengaduk rasa
Menyandang repih demi repih sepinya kata
Tanpa nyanyian malam
Atau syair keabadian
Yang biasa menggetarkan ketakutan
Seolah aku adalah siksa dan mau mati saja
Tapi, kini tapi tinggal tapi
Menghilang sajak dan peri
Habis sudah kata
Habis sudah bahasa
Hari-hari ini di antara sepi dan menyepi
Aku limbung
Perut kembung
Hati rubuh tanpa nyawa
Apa yang kita harapkan
Dari kekosongan sebenarnya
Jika sepi membuat kita bertanya tentang luka
Maka tanyakan pada malam tentang bahagia

Dayang-dayang lagi ngerjain tugas kelompok
















briefing ketiga yang paling asem. 3 idiots ngilang semua, Agil jadi wakil Toilet, Arif ke Jogja, Maulana? Pendamping juga ngilang tiga :o mbak Jar ke Jatim, mbak Yua nunggu adik, mbak Intan ada acara. Baiklah, tinggal tersisa enam wanita perkasa dan mbak Desni yang bisa jadi udah terlanjur pasrah. Dan Ami, collapse. Cukupkanlah penderitaan kami buat briefing  ketiga pokoknya.

Sabtu, 21 September Puncak Sajak (sesi pertama)
Sudah terlalu kebal dari rasa nyesek karena ditinggal 3 idiots, bagus ya... Tiga-tiganya nggak dateng. Oke, cukup. Hari itu habis untuk kerja fisik karena jelajah UKM dan teriak-teriak (yang paling berkesan buatku pas di Sentraya Bhuana karena bisa baca puisi Gie yang Sebuah Tanya, di Tessa karena ekspresif pas disuruh marah, dan di Kalpadruma karena bisa nulis puisi). Cukup. Nggak mood buat cerita lagi.

Minggu, 22 September Puncak Sajak Terpuncak
Lhah gila si Agil Arif, Sabtunya bolos, tapi malam Minggu mau dateng buat gladi resik acara persembahan. Mereka itu ya :3 Sudahlah. Minggu itu nggak ada yang dinanti selain lekas selesailah Sajak ini dan biarkan Sang Penari menunjukkan jiwanya yang terpenjara di acara persembahan. Dan benar saja. Kostum hitam-hitam berlilin dan berbunga mawar dengan dua potong musikalisasi Aku dan Prajurit Penjaga Malam milik Chairil Anwar yang diaransmen Agil, suara Arif yang cleees di lirik "Biar peluru menembus kulitku aku tetap meradang menerjang" menjadi puncak Sajak itu, paling tidak puncak dari kelelahan kami.


Puisiku yang dipajang di dinding pas Puncak Sajak
"Hari ini aku lepas. Paling lepas sepanjang pernah lepas. Lepas dari syak. Lepas dari sangka. Pokoknya aku lepas. Sepanjang aku pernah lepas. Aku ini binatang jalang. Aku mau hidup seribu tahun lagi."

Sang Penari menang sebagai persembahan terbaik. Itu berita terbagus buat kakak pendamping kami. Makasih ya, Mbak-mbakku :*. Dan seperti janji mbak Jar, "Nek kowe do menang siji wae, tak traktir wes." (Hahaa, kemakan omongan dia, kami jadi ditraktir Selasa, 1 Oktober tanpa 3 idiots).


Sajak yang membekas karena terlalu sering sakit hati sampai kebal. Kami berproses dan melewati kesibukan dengan bergandengan. Meski banyak umpatan dan keluhan karena sejatinya kami hanya sama-sama belum begitu mengenal setiap kejadian yang tenyata begitu berarti. Ya, bisa dibilang begitu. Ada satu yang membuatku kehilangan selepas Sajak ternyata, pulang kuliah tanpa Sang Penari yang biasanya saling tunggu di base camp (taman depan Kopma). Terima kasih ya Nana, Ami, Kempi, Sagita, Salamah, Arif, Agil, Maulana, mbak Jar, mbak Yua, mbak Intan, mbak Desni, dan semua yang udah pada nyebur di Sajak, kalian luar biasa. :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar