Selasa, 28 Juni 2011

Akhirnya...

Setelah lebih dari setahun aku diam, pada akhirnya aku ngaku juga sama Mbak Ida soal perasaan itu.
Jamais XXI, Sabtu, 25 Juni 2011 di luar tenda Lapangan Gaten Mayungan Ngawen aku sesenggukan campur ketawa pas berhasil menumpah ruahkan segala beban tentang perasaan aneh itu. Awalnya memang dengan kalimat kiasan, namun akhirnya juga disambung kalimat lugas. Aku blak-blakan bilang soal perasaanku. Ya Allah.. Mbak Ida luar biasa kaget dan nggak percaya waktu itu. Dan salahnya aku, ceritanya pas dia lagi ada masalah *bodhobodho*



Tentang si Hujan, yang akhirnya aku ceritakan, maaf.. aku sempat menyembunyikan dan lebih lama diam. Tapi barangkali ini baik untukmu, karena setahuku kamu emang agak benci sama si Hujan :)



Aku cuma pingin bilang sekarang, khayalan yang tertera di cerpen Puncak Keabadian seolah menjadi kenyataan. Dia dan adiknya tiba-tiba memegang peran di perjalanan cerita hidupku.Ya Allah, aku nggak ada pegangan soal ini sekarang, sedang butuh kejelasan yang tidak menyakitkan dan tidak menyenangkan, tapi kejelasan yang jelas, ya Allah!!
Kejelasan tentang perasaan si Hujan, adiknya, dan kejelasan akan perasaanku sendiri :'(

Ada cerita tentang si Hujan yang aku sendiri telah letih untuk sekedar menceritakan, terasa aneh memang, tapi itulah perasaan, tinggal bagaimana kita memaknainya

Ingin rasanya aku di bawah rinai hujan itu, menyaksikan malam dan bilang aku mencintaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar